Pengertian HIV/AIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS)
adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV atau
infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Sedangkan Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia.
Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah
terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan.
Virus HIV pertama kali
ditemukan oleh ilmuwan dari Amerika Serikat, Michael S. Gottelib dan Frederick
P. Siegel (1979). Pada mulanya, HIV dapat diisolasikan dan dibiakkan di dalam
sel putih tersebut, setelah 2 minggu sampai 3 minggu kemudian, HIV dapat
menghasilkan virus baru.
Sejarah HIV/AIDS
Para ilmuwan umumnya
berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika Sub-Sahara. Kini
AIDS telah menjadi wabah penyakit.
AIDS diperkiraan telah menginfeksi 38,6 juta orang di seluruh dunia.
Pada Januari
2006,
UNAIDS bekerja
sama dengan WHO memperkirakan bahwa
AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta orang sejak pertama kali
diakui pada tanggal 5 Juni 1981.
Dengan demikian, penyakit ini merupakan salah
satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS diklaim telah menyebabkan
kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun 2005 saja,
dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.
AIDS pertama kali dilaporkan pada
tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention Amerika Serikat mencatat adanyaPneumonia
pneumosistis (sekarang
masih diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima laki-laki homoseksual
di Los Angeles.
Dua spesies HIV yang diketahui
menginfeksi manusia adalah HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh.
HIV-1 adalah sumber dari mayoritas infeksi HIV di dunia.
Sementara HIV-2 sulit dimasukan dan
kebanyakan berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan
HIV-2 berasal dari primata. Asal HIV-1 berasal
dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang
ditemukan di Kamerun selatan. HIV-2
berasal dari Sooty Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea Bissau, Gabon, dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk
ke dalam tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama
berburu atau pemotongan daging.
Teori yang lebih kontroversial yang
dikenal dengan nama hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa
epidemik AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat
dari penelitian Hilary Koprowski terhadap vaksin polio. Namun demikian,
komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa skenario tersebut tidak didukung
oleh bukti-bukti yang ada.
Penularan HIV/AIDS
Orang
yang mengidap AIDS amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit karena
sistem kekebalan tubuh penderita telah menurun.HIV dapat menular ke orang lain
melalui :
·
Hubungan
seksual (anal, oral, vaginal) yang tidak terlindungi (tanpa kondom) dengan
orang yang telah terinfeksi HIV.
·
Jarum
suntik/tindik/tato yang tidak steril dan dipakai bergantian
·
Mendapatkan
transfusi darah yang mengandung virus HIV
·
Ibu
penderita HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan, saat melahirkan atau
melalui air susu ibu (ASI)
Tanda-tanda
klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun
lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang
berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan
lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran
dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV
ensefalopati
Gejala
minor :
1. Batuk menetap lebih
dari 1 bulan
2. Dermatitis
generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster
multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur
berulang pada alat kelamin wanita
Sistem Tahapan
Infeksi WHO
Pada tahun 1990, World
Health Organization (WHO)
mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan sistem
tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.
Sistem ini diperbarui pada
bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah infeksi oportunistik yang dengan
mudah ditangani pada orang sehat.
ü Stadium II : Termasuk
manifestasi membran mukosa kecil dan
radang saluran pernafasan
atas yang
berulang
ü Stadium III : Termasuk diare kronik yang tidak
dapat dijelaskan selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan
tuberkulosis.
ü Stadium IV : Termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini
adalah indikator AIDS.
Tes HIV
Tes HIV umum,
termasuk imunoasai enzim HIV dan pengujian Western
blot,
dilakukan untuk mendeteksi antibodi HIV pada serum, plasma, cairan mulut, darah
kering, atau urin pasien. Namun
demikian, periode antara infeksi dan berkembangnya antibodi pelawan infeksi
yang dapat dideteksi (window period)
bagi setiap orang dapat bervariasi.
Inilah sebabnya mengapa dibutuhkan
waktu 3-6 bulan untuk mengetahui serokonversi dan hasil
positif tes. Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya,
HIV-RNA, dan HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun
perkembangan antibodinya belum dapat terdeteksi.
Meskipun metode-metode tersebut tidak
disetujui secara khusus untuk diagnosis infeksi HIV, tetapi telah digunakan
secara rutin di negara-negara maju
Pencegahan
1. Pencegahan melalui hubungan seksual
· Tidak
melakukan hubungan seks pra nikah
· Tidak
berganti-ganti pasangan
· Apabila
salah satu pihak sudah terinfeksi HIV, gunakanlah kondom.
2. Pencegahan melalui darah
· Transfusi
darah dengan yang tidak terinfeksi.
· Sterilisasi
jarum suntik dan alat-alat yang melukai kulit.
· Hindari
pengguna narkoba.
· Tidak
menggunakan alat suntik, alat tindik, alat tato, pisau cukur dan sikat gigi
berdarah dengan orang lain.
· Steril
peralatan medis yang berhubungan dengan cairan manusia.
3. Pencegahan penularan ibu kepada anak
· Ibu
yang telah terinfeksi HIV di berikan penyuluhan agar mempertimbangkan
kehamilannya.
· Tidak
menyusui bayinya.
·
Kursus obat antiretroviral yang diberikan kepadanya
selama kehamilan dan persalinan serta bayinya yang baru lahir dapat sangat
mengurangi kemungkinan anak menjadi terinfeksi.
· Melakukan
operasi caesar untuk proses kelahiran atu persalinan
4. Pencegahan melalui pendidikan gaya hidup
· Perlu
komunikasi, edukasi, informasi dan penyuluhan kepada masyarakat tentang
penyakit HIV/AIDS dan pencegahannya sejak dini.
Penanggulan HIV/AIDS
Berbagai bentuk pengobatan alternatif
digunakan untuk menangani gejala atau mengubah arah perkembangan
penyakit. Akupunktur telah digunakan
untuk mengatasi beberapa gejala, misalnya kelainan syaraf tepi (peripheral neuropathy) seperti kaki
kram, kesemutan atau nyeri; namun tidak menyembuhkan infeksi HIV.
Tes-tes uji acak klinis terhadap efek
obat-obatan jamu menunjukkan bahwa tidak terdapat bukti bahwa tanaman-tanaman
obat tersebut memiliki dampak pada perkembangan penyakit ini, tetapi malah
kemungkinan memberi beragam efek samping negatif yang serius.
Beberapa data memperlihatkan bahwa
suplemen multivitamin dan mineral
kemungkinan mengurangi perkembangan penyakit HIV pada orang dewasa, meskipun
tidak ada bukti yang menyakinkan bahwa tingkat kematian (mortalitas) akan
berkurang pada orang-orang yang memiliki status nutrisi yang baik.
Suplemen vitamin A pada anak-anak
kemungkinan juga memiliki beberapa manfaat.
Pemakaian selenium dengan dosis rutin
harian dapat menurunkan beban tekanan virus HIV melalui terjadinya peningkatan
pada jumlah CD4. Selenium dapat digunakan sebagai terapi pendamping terhadap
berbagai penanganan antivirus yang standar, tetapi tidak dapat digunakan
sendiri untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas.
Penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa
terapi pengobatan alteratif memiliki hanya sedikit efek terhadap mortalitas dan
morbiditas penyakit ini, namun dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang
mengidap AIDS. Manfaat-manfaat psikologis dari beragam terapi alternatif
tersebut sesungguhnya adalah manfaat paling penting dari pemakaiannya.
Namun oleh penelitian yang
mengungkapkan adanya simtoma hipotiroksinemia pada penderita AIDS yang
terjangkit virus HIV-1, beberapa pakar menyarankan terapi dengan asupan hormon tiroksin. Hormon tiroksin dikenal dapat
meningkatkan laju metabolisme
basal
seleukariota dan memperbaiki
gradien pH pada mitokondria.
Hukuman Sosial atau sigma
Hukuman sosial atau stigma oleh
masyarakat di berbagai belahan dunia terhadap pengidap AIDS terdapat dalam
berbagai cara, antara lain tindakan-tindakan pengasingan, penolakan, diskriminasi, dan penghindaran
atas orang yang diduga terinfeksi HIV.
Stigma AIDS lebih jauh dapat dibagi
menjadi tiga kategori:
- Stigma instrumental AIDS - yaitu
refleksi ketakutan dan keprihatinan atas hal-hal yang berhubungan dengan
penyakit mematikan dan menular.
- Stigma simbolis AIDS - yaitu
penggunaan HIV/AIDS untuk mengekspresikan sikap terhadap kelompok sosial
atau gaya hidup tertentu yang dianggap berhubungan dengan penyakit
tersebut.
- Stigma kesopanan AIDS - yaitu
hukuman sosial atas orang yang berhubungan dengan isu HIV/AIDS atau orang
yang positif HIV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar